Selasa, 12 November 2013

Resensi buku Jurnalisme Damai "Media dan Liputan Konflik"



Pamela J. Shoemarker dan Stephen Reese (1996) ,menyebutkan berbagai faktor yang secara hirarkis dapat mempengaruhi isi media. Faktor tersebut secara skematis adalah:
1.    Faktor Individu
Wartawan atau jurnalis merupakan orang yang terkait langsung sebuah realita yang akan dilaporkannya. Tahap ini sangat di pengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, kesukuan, agama, jender dan sikap individu terhadap peristiwa yang akan dilaporkannya.

2.    Faktor Rutinitas Media
Setiap media biasanya berbeda dalam menentukan suatu berita. Ukuran layak tidaknya suatu berita yang dapat dipublikasikan, biasanya, ditentukan oleh rutinitas sehari-hari dan menjadi prosedur standard, seperti rapat rdaksi.
Menurut rutinias dan kebiasaannya, penentuan lead ditentukan oleh reporter yang meliput langsung sebuah peristiwa. Redaksi hanya menilai apakah lead tersebut sesuai tidak dengan isi berita. Standar rutinitas media radio tentu akan berbeda dengan standar rutinitas media cetak atau media televisi.

3.    Faktor Organisasi Media
Sebuah organisasi, media massa tentu saja memiliki tujuan. Dan tujuan tersebut seringkali memberi pengaruh pasa isi berita. Pengelola media dan wartawan bukanlah satu-satunya yang paling menentukan isi berita. Mereka hanya pekerja media yang terkadang harus patuh pada aturan perusahaan media. Karena itu, dalam level organisasi, biasanya terjadi dialektika mikro antara kepentingan perusahaan dan idealisme jurnalis.

4.    Faktor Ekstramedia
Faktor ini menjelaskan faktor-faktor luar media yang mempengaruhi proses produksi berita.
Pertama, state. Intervensi kekuatan negara terhadap industri media dapat dirasakan kekentalan aromanya pada masa pemerintahan orde baru. Saat ini pasca tumbangnya orde baru memeang tampak terjadi perubahan mendasar terhadap proses demokratisasi dan liberalisasi media dalam menyajikan berita.
Kedua, market. Jatuhnya rezim orde baru dapat dikatakan menjadi titik balik bagi peralihan state regulation pada market regulation. Pada masa berkuasanya orde baru, kehidupan media massa sangat tersiksa oleh adanya peraturan SIUP yang dijadikan alat bagi negara untuk mengontrol sekaligus memasung ke bebasan pers.
Ketiga, publik. Publik merupakan celah ruang yang dihampit oleh otoritas state dan dominasi market. Tanpa sadar, beberapa media memberi porsi yang lebih besar pada pemerintah (TNI) dibanding rakyat Aceh dalam tampilan pmberitaannya. Hal tersebut tentu akan memberikan kesempatan yang luas bagi pemerintahan untuk mendefinisikan konflik aceh secara sepihak. Sedangkan dominasi market memandang media sebagai alat usaha mengakumulasikan modal bagi peroleha kapital yang besar.

5.    Faktor Ideologi
Ideologi disini diartikan sebagai kerangka berfikir atau kerangka referensi tertentu yang dipakai oleh individu untuk melihat realitas dan bagaimana mereka menghadapinya. Ideologi bersifat abstrak. Ia berhubungan dengan konsepsi atau posisi seseorang dalam menafsirkan realitas. Hayek mendefinisikan ini dalam terimonologi ekonomi sebagai kebebasan untuk mencapai kepentingan pribadi tanpa adanya pembatasan politik. Marxis dan sosialis, menyatakan kebebasan dalam terminologi politik yang dideinisikan sebagai adanya dukungan atas intervensi politik pada kerja pasar untuk membebaskan mayoritas dari keterbatasan.
Kontradiksi dapat terpecahkan pabila ada dua hal. Yaitu oertama, formasi sosial dibentuk oleh pembagian kerja yang ampu melakukan alokasi pembagian keputusan melintasi sektor-sektor produktif manusia. Kedua, terdapat sejumlah keputusan sosal yang tidak dapat dilakukan oleh masyarakat demokratis manapun, tetapi oleh mekanisme pasar untuk menyelesaikannya.
Menempatkan publik dalam ruang sempit dan terisolasi dari konflik akan mengalami deligitimasi sosial bila suatu saat terjadi negosiasi antas konflik tersebut. Dan pada gilirannyam suatu konflik selesai, namun akan muncul konflik lain berikutnya. Media yang menyajikan konflik cenderung bukan sebagai realitas sosial, tetapi sebagai komoditas sosial.komersialisasi konstruksi sosial konflik tersebut mncul sebagai dampak bergesernya regulasi penyiaran dari ate pada market.
            Padahal dalam konflik tersebut ada kepentingan publik yang seharusnya dibela oleh media, karena media penyiaran telah menggunakan frekuensi sebagai fasilitas publik. Karena itu, media penyiaran memliki mayoritas yang penuh dan lebih efektif mengunsung agenda publik. Selain itu, media dipandang paling efektif merekonstruksikan realitas untuk membentuk dan menggiringi opini publik.
            Suatu hal yang paling untuk diketengahkan dalam masalah ini adalah faktor psikologis dari jurnalis atau wartawan yang meliputi konflik. Latar paling menentukan bagaimana media mendefinisikan masalah atau realitas sosial dalam setting konflik.
            Bertugas bukan hanya menampilkan gambar atau berita menurut seleranya saja, tetapi harus berhasil menemukan gambar atau berita yang diinginkan pleh publik. Salah dalam mengambil gambar atau berita dalam setting konflik, maka akan berdampak pada kesalahan pemberitaan opini publik.
            Ada tiga frame naratif yang digunakan sebanyak 30% dari seluruh berita, sua kali lebih banyak daripada straight news:
·         Konflik
·         Pemenang dan yang kalah
·         Mengungkapkan kesalahan
Kesalahan yang sering dilakukan media dalam pemberitaan konflik
Biasanya bermula dari kesalahn mengirimkan reporternya ke medan konflik.
Sebab, pada dasarnya media terutama media siaran, ibarat botol kosog transparan yang dapat diisi oleh benda cair apapun.sementara reporter nagaikan ceret yang menyuplai benda cair ke dalam gelas. Apapun benda cair yang dituangkan ke dalam botol transparan, botol itu tidak dapat menolaknya.

B. Framing Berita Konflik dalam Media
                        Konsep media framing adalah penggambaran terhadap peran jurnalis yang cenderung menceritakan suatu event dalah satu cara yang konsisten, apapun situasinya. Sementara secara luas, media frame merupakan pola tetap suatu pilihan, tidak berat, dan pengurangan yang menawari interpretasi suatu event. Mudai dari tahapan pencarian peliputan yang mencakup materi apa saja yang akan diliput, tahapan peliputan yang mencakup pengambilan gambar dan penggunaan narasumber dan tahapan pemberitaan yang mencakup editting suatu berita yang akan disajikan oleh media yang bersangkutan. Pada tahapan terakhir, biasanya berlaku teori yang bisa disebut gatekeeper.
                        Menujukkan enam kemungkinan yang bisa dilakukan oleh media tatkala mengajukan realitas:
1.    Sebagai jendela. Media membuka cakrawala dan menyajikan realitas dalam berita yang apa adanya.
2.    Sebagai cermin. Media merupakan pantulan dari berbagai peristiwa.
3.    Sebagai filter atau penjaga gawang. Media menyelesaikan raitas sebelum disajikan pada khalayak. Realitas disajikan tidak utuh lagi.
4.    Sebagai penunjuk arah, pembimbing atau penerjemah.media mengkonstruksi realitas sesuai dengan kebutuhan khalayak.
5.    Sebagai forum atau kesepakatan bersama. Media menjadikan realitas sebagai bahan diskusi. Untuk sampai pada tingkat realitas inter-subjektif, realitas diangkat menjadi bahan perdebatan.
6.    Sebagai tabir atau penghalang. Media memisahkan khalayak dari realitas sebenarnya.
Bagian Alur Proses Konstruksi Realitas
      Konsep konstruksi realitas merujuk pada konsep yang digunakan Barger dan Luckman untuk menggambarkan proses di mana melalui tindakan dan interaksinya, manusia menciptakan secara terus-menerus suatu kenyataan yang dimiliki secara bersamaan dan yang dialami secara faktual objektif serta penuh arti secara subjektif.

C. Agenda Setting Media
   Agenda Setting menggambarkan pengaruh media yang sangat kuat kemampuan untuk mengatakan kepada kita mengenai isu apa yang penting. Bernard Cohen menyatakan “Media mungkin tidak selalu berhasil untuk menentukan apa yang dipikirkan nasyarakat, tetapi secara mengejutkan berhasil menentukan apa yang dipikirkan pembacanya.”
   Teori Agenda Setting sendiri diilhami oleh Walter Lippmann yang dalam bukunya Public Opinion mengemukakan bahwa masyarakat tidak mungkin melakukan deal dengan lingkungan mereka sebagai mana mereka merespon suatu gambar di dalam kepala mereka.
   Menurut Brud, terdapat beberapa catatan penting bauat penelitian angenda setting selama ini, yaitu:
·   Bersifat empiris dan hati-hati serta selektif dan terbuka pada beragam metode dan sidiplin yang berbeda.
·   Terlalu terpusat pada media
·  Terlalu banyak mendasarkan pada model garis pertemuan produksi dan pembentuk pendapat publik
·  Menggunakan media massa sebagai mesin pendidikan raksasa yang efektif untuk mensosialisasikan pada publik untuk meneriba kebijakan yang dibuat oleh jurnalis
·      Menganggap publik sebagai individu atomistik
·      Komunikasi dilihat sebagai transmisi dari isis obyektif yang tampak dari sumber ke penerima
·      Mempunyai asumsi yang tidak menantang mengenai publik unum yang dianggap memiliki kepentingan publik yang umum atau agenda yang dapat diimplementasikan
·    Pada masa depan agenda setting dapat menjangkau secara luas               
     penggunaan metodologi yang akan memperkaya studi komunikasi dari sudut     pandang aktor yang diobservasi.

McCombs dan Shaw menguji dasar teori agenda setting.
·         Mereka menemukan bahwa media berita yang besar lebih tertarik melaporkan analisa kampanye setiap kandidat debat isu politik.
·         Lebih jauh, media massa memperngaruhi penilaian pemilih mengenai apa yang mereka pikir isu utama suatu kampanye.
Framing berita dan agenda setting dapat mengurangi usaha untuk menyelesaikan konflik.
·         Media cenderung untuk membingkai konflik sebagai pertempuran
·         Hal ini memaksa pembaca untuk memahami konflik sebagai hasil dari kurangnya solusi
·         Hal ini dapat menghasilkan rasa keputusasaan yang dapat mengarah pada balas dendam

D. Konflik dan Jurnalisme Damai
          Konflik secara umum bersifat luas dan beragam macam latarbelakangnya. Setting konflik dengan menggunakan kekerasan, setidaknya seorang wartawan perlu memperhatikan hal sebagai berikut:
1.    Teori-teori konflik
2.    News frame dan agenda setting
3.    Stratego membingkai konflik yang resolutif
4.    Identifikasi strategi meliput konflik dengan cara menghindari konflik
Civil society memiliki elmen antara lain:
·          Voluntary Membership in Organization
Salam tatanan civil sociality, kedudukan masyarakat di mata negada adalah sama dan diberi peluang yang berata untuk secara bebas menghimpun diri dalam suatu organisasi.
·         Social Choice
Efek dari kebebasan berpartisipasi dalam organisasi masyarakat sebagai penguatan body sociaty, maka setiap orang bebas memilih unuk berafiliasi secara bebas.
·         Pluralisme
Dalam pluralisme perbedaan bukan hanya diakui tetapi dihargai. Kita harus menghargai perbedaan tersebut sebagai inti kekuatan kebersamaan.
·         Social Regulation
Harus ada aturan main yang menjadi rambu bagi dinamika sosial yang harus dipatuhi bersama.

          Civil Jurnalism merupakan bagian dari konsep lain masyarakat madani. Yaitu suatu ide supaya masyarakat madani terbentuk dan dapat disebut sebagai pinsip demokrasi. Ide civic journlism dimaksudkan untuk menyajikan dan memeperkuat ide-ide demokrasi.

E. Strategi Meliput Konflik: Pendekatan Jurnalisme Damai.
          Ada suatu keyakinan, terutama di negara yang menggunakan bahasa Inggris, bahwa jurnalis hanya melaporkan fakta.
          Maka pernyataan bahwa jurnalis b]hanya melaporkan fakta adalah tidak lengkap, dan pada beberapa kasus, penilaian tidak akurat mengenai peran jurnalis.
          Dalam arti kata jurnalisme damai adalah cara membingkai berita yang lebih uas, seimbang, dan akurat, menggambarkan di balik analisa dan transformasi konflik. Jurnalisme damai membuka literasi non-kekerasan dan kereativitas yang diaplikasikan pada kerja praktis pelapoan yang dilakukan setiap hari.
Apa yang diperjuangkan jurnalis damai:
1.    Hindari menggambarkan konflik sebagai dua pihak yang memperebutian suatu tujuan.
2.    Hindari menerima perbedaan antara diri sendiri dan orang lain.
3.    Hindari memperlakukan konflik sebagai sesuatu yang hanya terjadi di tempat dan waktu di mana kekerasan terjadi.
Secara luas, ada dua pendekatan terhadap konflik yaitu komperatif dan kooperatif.
Pendekatan komperatif:
-       Berbagai pihak saling melawan
-       Terdapat hubungan yang lemah antar setiap pihak
-       Terdapat derajat kepercayaan yang rendah
-       Memberikan hasil nol
-       Berakhir dengan penyelesaian antar pihak
Pendekatan kooperatif:
-       Setiap pihak bekerja bersama untuk menyelesaikan persoalan
-       Menciptakan tingkat komunikasi yang tinggi dan memperbaiki hubungan
-       Menghasilkan kepercayaan yang meningkat
-       Kedua belah pihak mendapat hasil positif
-       Mengarah pada resolusi dan transformasi
Jurnalisme damai melahirkan berita damai yag ditandai oleh:
-       Mendalami konflik dengan pandangan “menang-menang”
-       Tidak menekankan pada efek nyata kekerasan
-       Empati untuk semua pihak
-       Profokatif untuk mencari cara mengurangi kekerasan
-       Berorientasi pada solusi
Semetara jurnalisme Tradisional melahirkan berita:
-       Berfokus pada konflik dan perseteruan kedua pihak
-       Menekankan pada oembunuhan, luka, dan kerusakan
-       Menggunakan perspektif  “kami”
-       Reaktif menunggu kekerasan terjadi
-       Berorientasi pada “menang-kalah”
F. Etika dalam Liputan Konflik
- Menghormati kebearan, walau apapun konsekuensi bagi dirinya, karena hak publik untuk mendapat kebenaran
- melaporkan berdasar fakta yang ia ketahui, tidak mengurangi informasi penting atau mengubah teks atau dokumen.

·         Melaporkan dari daerah konflik:
-       Isu praktisi hindari penyederhanaan yang terlalu banyak
-       Hindari membingkai konflik sebagai dua pihak yang berlawanan
-       Pelajari posisi kompleks yang diambil oleh kelompok-kelompok dalam pihak yang berlawanan
-       Dengan pendekatan ini, akan muncul kemungkinan resolusi yang lebih luas

·         Perhitungkan implikasi lebih luas dari cerita anda, ajukan pertanyaan:
-       Siapakah orang-orang yang dipertaruhkan dari hasil konflik ini?
-       Pelajaran apa yang diambil pendengar atau pemirsa dari melihat event tersebut secarakeseluruhan sebagi bagian dari ausiens global?
-       Bagaimana anggta audiens mempengaruhi aksi yang didalam pihak yang terlibat bagi masa depan konflik?

·         Jangan membatasi penilaian anda mengenai aksi kekerasan atau kebijakan kekerasan pada efek yang tampak

·         Hindari memfokuskan pada perbedaan antar kedua pihak

·         Hati-hati dalam melaporkan kekerasan

·         Kata-kata sangat berpengaruh dalam konflik

·         Hati-hati ketika mengutip narasumber

·         Rekomendasi reporter tanpa batas daerah untuk bekerja di daerah konflik

·         Rekomendasi daru center for jurnalism dan trauma.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar