Pemerintah selalu berupaya untuk
terus melakukan peningkatan sistem transportasi di Indonesia, oleh karena itu
banyak hal yang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, proses
perbaikan sarana, peraturan dan kebijakan baru pun dibuat. Beberapa pekan
terkhir ini media banyak memberitakan perihal aksi protes penumpang kereta api
. PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai perusahaan BUMN, baru-baru ini
menghapuskan kereta rel listrik ekonomi untuk lintas bekasi dan Serpong yang
direncanakan akan diberlakukan mulai 1 April tahun ini. PT Kereta Api Indonesia
(KAI) mengambil tindakan tersebut dengan alasan bahwa kondisi kereta yang tidak
memungkinkan untuk digunakan, atas dasar kepedulian PT KAI terhadap kenyamanan
penumpang maka PT KAI menghapuskan KRL ekonomi dimana KRL ekonomi sering
mengalami gangguan, keterlambatan sehingga PT Kereta Api Indonesia mengajak
masyarakat pengguna KRL ekonomi untuk menggunakan commuter line.
Namun hal ini tentu saja mendapat
pertentangan dari pihak penumpang yang biasanya menggunakan KRL ekonomi,tentu
saja protes ini terkait dengan perbedaan tarif KRL ekonomi Rp 1500-2000,
sedangkan KRL non subsidi Rp 7.000- Rp 9.000.
PT KAI perlu menyadari bahwa masih
banyak penumpang yang menggunakan KRL ekonomi sehingga jika masyarakat
melakukan aksi penolakan kebijakan tersebut maka tentunya banyak kerugian yang
ditimbulkan. Selain kerugian dipihak pengguna KRL ekonomi, namun juga
perekonomian dan mengurangi daya saing kota sehingga yang demikian dapat
mengakibatkan masalah sosial yang besar yang tidak bisa lepas dari perekonomian
penduduk. Masyarakat bisa saja melakukan tindakan anarkis sehubungan dengan
kebijakan ini yang dapat merugikan banyak pihak.
Namun jika memang perbaikan system
transportasi merupakan alasan PT KAI mentiadakan KRL ekonomi harusnya ada
komunikasi yang jelas antara pihak PT KAI dengan masyarakat yang biasanya
menggunakan KRL ekonomi. Ketika kebijakan direncanakan maka perusahaan pasti
sudah memprediksi hal-hal yang mungkin menghambat proses terlaksananya
kebijakan tersebut sehingga hendaknya sudah melakukan strategi-straetgi untuk
mengantisipasi hal tersebut. Dalam kondisi ini penolakan atau pertentangan
mengenai penghapuskan KRL ekonomi menjadi bukti bahwa PT KAI belum benar- benar
siap dengan penghapusan KRL ekonomi, PT KAI tidak menawarkan solusi atau
alternative atas penghapusan KRL ekonomi yang benar benar membuat pengguna KRL
ekonomi mengerti akan kebijakan baru ini. Hingga saat ini belum ada kejelasan
pasti mengenai KRL ekonomi ini.
Sehubungan dengan permasalahan
kebijakan PT KAI ini mengenai pengahpusan KRL ekonomi maka dapat dilihat bahwa
ada gejala krisis di PT KAI saat ini. Menurut konsultan krisis dari Amerika
Serikat, Steven Fink, yang mengembangkan anotomis krisis, Steven Fink
menjelaskan mengenai krisis bahwa ada 4 tahap krisis, yaitu tahap
prodromal dimana pada tahap ini adanya gejala-gejala krisis, tahap akut dimana
kerusakan mulai terlihat,isu menyebar luas di masyarakat, dan banyaknya reaksi
yang berdatangan ke perusahaan, tahap selanjutnya yaitu tahap kronis yaitu
tahap untuk memutuskan keberlangsungan perusahaan setelah melewati tahap akut,
dan yang terkhir ialah tahap resolusi, yaitu tahap dimana perusahaan mengalami
masa pemulihan kondisi perusahaan.
Sedangkan untuk langkah mengelola
krisis ialah :
Identifikasi krisis,proses
pentingnya diidentifikasi krisis dengan data-data yang ada, kemudian
menganalisis krisis dari data tersebut, isolasi krisis tersebut selanjutnya
pilihan strategi sebelum melangkah untuk pegendalian krisis,seperti :
Strategi defensive, seperti mengulur
waktu untuk sebuah keputusan atau isu yang telah beredar, tidak melakukan
apa-apa terlebih dahulu, dan membentengi diri dengan kuat.
Selain itu juga ada startegi
adapted, seperti tindakan mengubah kebijakan, mengambil langkah kompromi, serta
meluruskan citra untuk perbaikan reputasi perusahaan
Kemudian strategi lainnya, yaitu
strategi dinamik, ini merupakan strategi untuk merubah perusahaan,seperti
merger perusahaan, investasi baru, menjual saham perusahaan, meluncurkan produk
baru, atau dengan langkah lain yaitu menggandeng kekuasaan atau mengalihkan
perhatian untuk melempar isu baru.
Jika dilihat pada kondisi ini maka
PT KAI harusnya mempersiapkan secara matang implikasi keputusan tersebut
sehingga tidak berbalik menjadi krisis pada perusahaan. Sehingga saat ini PT
KAI masih pada tahap prodromal,dimana sudah terlihat akan muncul gejala-gejala
krisis jika keputusan ini terus dilakukan tanpa ada solusi yang benar- benar
pro masyarakat dari segi ekonomi, PT KAI saat ini berupaya mengatasi
gejala-gejala yang akan timbul. Adapun hal yang dilakukan PT KAI ialah dengan
klarifikasi kebijakan ini di media bahwa tujuan dihapusnya KRL ekonomi adalah
upaya peningkatan sarana trasnportasi, PT KAI menjelaskan dengan kenyataan yang
ada bahwa kondisi kereta yang memang tidak nyaman lagi.
Selain itu juga langkah PT KAI dalam
mengantisipasi lebih jauh krisis ini ialah dengan devensif strategi, dimana PT
KAI melakukan penundaan keputusan terkait dengan aksi protes masyarakat
terhadap kebijakan tersebut. Pemberitahuan awal bahwa penghapusan KRL ekonmi
akan diberlakukan mulai tanggal 1 April ini, namun adanya aksi protes ini
membuat PT Kereta Api Indonesia menunda keputusan tersebut.
jadi para pengguna KRL ekonomi masih
bias menggunakan KRL ekonomi,hingga adanya keputusan pasti dari PT KAI terkait
permasalahan ini.
untung udah ada kebijakan KRL baru, tapi kok akhir2 ini saya ga pernah kebagian tempat duduk sama sekali ya? ==a
BalasHapuslagi jam-jam padat mungkin.
BalasHapus